Sejuta Kisah WaliSongo ~ Cerita Sejarah Tongkat Sunan Kalijaga dan Api Abadi Mrapen

Sejuta Kisah WaliSongo ~ Cerita Sejarah Tongkat Sunan Kalijaga dan Api Abadi Mrapen

Assalamualaikum Sobat Karibku sekalian, kali ini saya akan berbagi salah satu Sejarah Beliau Guru Besar kita Rahadian (Raden) Syahid, atau akrab dipanggil SUNAN KALIJOGO yang terjadi selama perjalanan hidup Beliau…

Yukkk simak cerita selengkapnya..

Cerita ini bermula  saat awal berdirinya kerajaan Demak ( Demak Bintoro) yang dirajai pertama oleh Raden Patah (Putra dari selir Raja Brawijaya V), sesaat runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1525..

Saat itu Sunan Kalijogo yang merupakan Salah satu Guru (Ulama) Besar  sedang mendapat amanah untuk mengusung sejumlah pusaka dari peninggalan Kerajaan Majapahit  dari daerah Jawa Timur menuju Kerajaan Demak yang sudah menjadi Ibukota Pemerintahan baru..

Berhubung Demak sudah menjadi sebuah wilayah tersendiri, atas saran dari Sembilan Wali (WaliSongo) Raden Patah diperintahkan agar supaya membangun sebuah Masjid Agung di Ibukota tersebut yaitu di kota Demak..

Saat Sunan Kalijogo beserta rombongan yang mendapat tugas membawa pusaka peninggalan Majapahit munuju Demak telah sampai di Sebuah desa yaitu desa Manggarmas (Grobogan),  tiba tiba mereka merasa sangatkelelahan dan letih.

Pada akhirnya Sunan Kalijogo besrta rombongan memutuskan untuk beristirahat sejenak, karena persediaan air minum telah habis dan kebetulan didaerah tersebut tidak terdapat air yang bias diminum, maka Kanjeng Sunan Kalijogo berdo’a kepada Allah SWT supaya diberi air untuk diminum Beliau dan para rombonganya..

Tak lama kemudian kanjeng Sunan Kalijogo menancapkan tongkatnya ke tanah, kemudian dicabut kembali oleh Beliau. Saat setelah tongkat tersebut dicabut, namun justru bukan air yang keluar melainkan api yang sampai saat ini tidak bias padam/api abadi (yang sejak itu dijuluki Mrapen).

Setelah itu Kanjeng Sunan Kalijogo mencoba menancapkan tongkatnya ditempat lain, dengan seijin Alloh SWT maka keluarlah air yang sangat jernih yang langsung dapat diminum ( dan tempat tersebut dinamakan “Sendang Dudo”). Lalu Kanjeng Sunan beserta rombongannya meminum air tersebut, sampai hilanglah rasa haus dan letih mereka.

Saat Kanjeng Sunan beserta Rombongannya melanjutkan perjalanan dan telah tiba dikota Demak, naka di periksalah semu pusaka yang dibawa, dan ternyata ada salah satu pusaka yang tertinggal di Mrepen yakni berupa Ompak ( alis tiang )..

Akan tetapi Kanjeng Sunan Kalijogo memerintahkan agar ompak tersebut tidak usah diambil karena suatu saat akan banyak berguna untuk warga daerah tersebut.

( Batu Ompak tersebut terkenal dengan sebutan Watu Bobot).

Diceritakan pula kala waktu berbeda, tempat tersebut digunakan oleh Beliau Eang Jaka Supa sebagai tempat untuk membuat Pusaka Keris atas dawuh atau perintah Kanjeng Sunan Kalijogo.

Eang Jaka Supa sendiri adalah Putra keturunan Tumenggung Empu Supodriyo yaitu tukang pembuat pusaka dari besi ( seorang Bupati Empu) pada jaman Majapahit sekaligus salah stu murid Kanjeng Sunan Kalijogo yang telah diakui sejajar ilmunya dengat Empu dalam membuat pusaka.

Dan di tempat ini pula Eang  Jaka Supa/Empu Supa membuat sebuah keris yang diberi nama “Keris Kiai Songlat” atau “Kiai Selamet”. Anehnya dalam pembuatan keris tersebuat tidak menggunakan alat pemukul melainkan hanya di pijat-pijat/ ditekan_tekan menggunakan jarinya. Dan yang digunakan untuk memanaskan besinya adalah Api Abadi Mrapen, sedangkan Watu Bobot digunakan sebagai landasan untuk pembuatan keris.

Sedangkan fungsi  Air Sendang Dudo digunakan untuk  penyepuhnya. Akan tetapi anehnya air yang awalnya sangat jernih, semenjak  didigunakan  untuk keperluan menyepuh keris langsung berubah warna menjadi kuning kecoklat - coklatan hingga sekarang ini..

Oleh  kabar masyarakat sekitar, Air dari Sendang Dudo ini dipercayai berkhasiat untuk menyembuhkan berbagai penyakit kulit, sedangkan mengenai Watu Bobot yang sangat berat, barang siapa yang dapat mengangkatnya maka segala keinginannya akan terkabul..

Sejak zaman Sultan Trenggono menduduki tahta kepemimpinan di Kerajaan Demak, Mrapen ini dijadikan sebagai tempat pembuatan pusaka pusaka Kerajaan..

Mrapen sebagai peninggalan Kanjeng Sunan Kalijaga diserahkan kepada Ki Demang Singo Dirono dan digunakan untuk Pendidikan Agama, dan dilanjutkan oleh keturunannya hingga sekarang…

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Dan sekarang, jika ada orang  mendengar   nama “Api Abaddi Mrapen” langsung terlintak di benak pikiran mereka yaitu sebuah Api Abadi yang tak pernah padam walau sedang turun hujan sekalipun, yang ada didesa Manggarmas, Kecamatan Godong-Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah-Indonesia..

Api Abadi Mrepen juga digunakan dalam ajang Bergengsi seperti  : Pesta Olahraga Internasional Ganefo l tanggal 1 November 1963, Upacara hari Waisak, dan juga Pekan Olahraga Nasional (PON)..

Subhanalloh, sungguh Karomah yang sangat luar biasa, semoga semua kebaikan Beliau senantiasa diterima Alloh SWT dan ilmunya bermanfaat bagi keluarga, sanak saudara dan kita semua

Semoga bermanfaat, amin...

Baca Juga :

Sunan Bonang  - AlatMusik Tradisional Membuat Orang Masuk Islam Suka Rela

Sunan Kudus  -Berhasil Mengusir  Wabah Penyakit di Arab

Cerita Jenaka - Kerena secangkir Kopi, Abu Nawas Kena Tampar

Cerita Jenaka - Telur Unta Untuk Obat Sang Raja

Cerita Jenaka - Pemuda & Pohon Besar

batu bobot mrapen

                                               

sejarah mrapen api abadi

api abadi mrapen 2015

                                               

api abadi madura

asal usul api abadi mrapen

                                               

api abadi di indonesia

legenda api abadi mrapen grobogan

                                               

api abadi di dunia